Kamis, 02 November 2017

Dokumen Penting untuk Membuat Passport tanpa Calo

Siapkan semua dokumen ini sebelum kamu pergi ke Kantor Imigrasi untuk bikin/memperpanjang passport...!!!

Awal Oktober kemaren, saya selesai membuat passport. Akhirnya punya passport lagi, yattaaaaa 😊 eeh beberapa hari belakangan ada teman yang nanya dokumen apa saja yang diperlukan untuk membuat passport dan bagaimana prosesnya. Well, jadilah saya posting tentang dokumen untuk membuat passport dan perlengkapan lainnya.
Passport Repubik Indonesia
Jadi apa saja dokumen yang diperlukan untuk pembuatan passport? Atau bagi sobat yang sudah pernah memiliki passport tapi udah lama mati passportnya, berarti sobat juga harus menyiapkan dokumen penting ini. Gimana kalau sobat mau bikin passport via online? Tetap saja sobat harus siapkan dokumen-dokumen ini, baik walk-in atau online. Apa saja dokumennya? Here they are;
  • KTP asli yang masih berlaku
  • Kartu Keluarga asli
  • Akte Lahir/Surat Nikah/Ijazah terakhir (yang memuat nama, tempat dan tanggal lahir, nama orang tua) asli
  • Passport lama, jika sobat sudah pernah memiliki passport sebelumnya. Atau Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP), jika sobat pernah memiliki passport dan hilang waktu diluar negeri pasti waktu mau pulang ke Indonesia dibuatin SPLP toh. Gimana kalu udah pernah bikin passport tapi hilang (di Indonesia) atau hayut waktu banjir melanda atau bencana lainya. Sobat harus buat surat keterangan hilang dulu. Darimana? dari kantor polisi dong.
Dokumen tersebut jangan lupa diphoto copy rangkap 1 (satu)  dikertas HVS A4, photo copy KTP juga dikertas A4, bilang ke si mamang photo copy-annya JANGAN digunting. O ya, jika ada dokumen yang datanya tidak sama seperti nama, tempat lahir, tanggal lahir ataupun lainnya. Segeralah minta Surat Keterangan dari Desa ya 😊
Nah, selain dokumen yang sudah saya sebutkan diatas tadi yang memang wajib dibawa ketika sobat hendak membuat passport, ada lagi dokumen yang mesti sobat siapkan sebagai pelengkap, yaitu:
  • Surat Keterangan Kerja (jika sobat sudah kerja)
Mungkin sebagian dari kalian ada yang nyeletuk, "laah, wong saya ke luar negerinya biaya sendiri bukan dibiayain kantor".  Tetap saja harus bikin surat keterangan kerja, ini buat pelengkap toh. Ini tuh sebagai jaminan kalau nanti sobat di luar negerinya tuh bukan kerja tapi traveling. Soalnya banyak kasus kan yang bilangnya mau traveling eh pas nyampe negera tujuan malah kerja. Ini buat melindungi kita juga toh. Untuk melihat contohnya sila click here
  • Surat Keterangan kuliah (jika sobat masih kuliah)
Sama juga sih kasusnya seperti surat keterangan kerja. Tapi mungkin kalau sobat pertama kali bikin passport, gapapa ga ada juga dengan catatan bukan acara dari kampus mah. Contoh dokumen ini saya ga buat euy, da saya kan ga ngelampiri ini. Jadi maaf ya sobat, untuk contohnya sila browsing lagi ;-)
  • Surat Keterangan Orang Tua
"Saya udah dewasa, udah punya KTP, usia udah lebih dari 18 tahun. Masih pake surat keterangan ortu?" kita kan tinggal di Indonesia, kalau belum nikah masih jadi tanggung jawab orang tua. Mungkin dibeberapa kantor imigrasi tidak masalah tanpa melampirkan surat keterangan dari ortu. Tapi waktu saya bikin passport di kantor Imigrasi Cirebon yang ketat banget pengawasannya sih ditanyaain. So jaga-jaga aja, daripada ntar ditolak trus harus bulak-balik kantor imigrasi. Prepare it well, babe.. :-P klik disini untuk download contoh Surat Keterangan Orang Tua untuk Pembuatan Passport
  • Surat Keterangan dari Desa
Ini juga sama kasusnya seperti surat keterangan yang sudah saya sebutkan diatas. Ada imigrasi yang tidak menanyakan surat ini, ada juga yang memerlukan lampiran surat ini. Tergantung nasib sobat, hehehe.... Kalau kasus saya sih, memang perlu. Emang kenapa gitu?! Saya kan dulu pernah kerja di perusahaan Malaysia, kontrak 2 tahun. Tapi karena sistem kerjanya yang...ya gitu deh. Jadi saya mengundurkan diri sebelum masa kontrak habis. Tapi sama pihak HR ga dikasih. Karena masih muda dengan ego yang tinggi, saya maksa balik. Kebetulan wakt itu ada pemutihan, yowiss aku datang ke imigrasi di Kuala Lumpur untuk pembuatan Surat Perjalann Laksana Paspor. Dan berimbaslah saat saya ingin membuat passport lagi. Harus lengkap dokument lampiranya.Agak ribet sihhh, tapi Alhamdulillah beres :-) dan sekarang passport sudah ditangan. Then, siaap menjelajah dunia :-D Well, untuk surat keterangan dari Desa sebenernya nanti juga dibuatkan oleh pihak Desanya kok tapi barangkali sobat mau lihat bagaiman formatnya bisa klik disini
  • Receive booking pesawat dan hotel atau tempat kita tinggal di luar negeri nanti
Dengan kasus saya, bukti booking pesawat diperlukan. Karena apa? karena saya dicurigai kalau balik lagi ke luar negeri untuk bekerja. Ya elahhhh..... saya mah orang jujur dan taat hukum pak #kalaugakhilaf  hihihi...... Nah, tambahan lagi harusnya ada tanda bukti nginap di hotel mana. Atau kalau numpang di sodara atau teman juga harus ada suratnya yang menyatakan kalau kita benar menginap disitu danmenjadi tanggung jawab hostnya selama kita berada di  negara tersebut. Tapi saya ga ngelampirkan, saya rasa sudah cukup dengan bukt booking pesawat PP dan udah dibayar lunas juga.

BTW, saya tahu ini bukan karena berkas saya sebelumnya ditolak tapi waktu masih kuliah di Cirebon saya sengaja datang ke Imigrasi untuk bertanya bagaimana kalau saya mau bikin passport tapi dengan problem saya yang seperti itu. Lalu petugas yang saya tanyai itu menjelaskan dengan sangat rinci kalau saya mesti menyiapkan dokumen-dokumen yang sudah saya sebutkan diatas. So, pas saya siap untuk membuat passport kembali, berkas sudah kumplit :-)
Okay deh, sampai disini penjelasan dokumen penting yang harus disiapkan untuk membuat passport. Semoga di ACC ya untuk sobat yang mau bikin passport. O ya untuk cerita mengenai tahapan pembuatanya di kantor Imigrasi nanti akan saya posting di postingan selanjutnya. Thanks udah mampir ya, jangan lupa comment ;-)

Senin, 30 Oktober 2017

Trip Semarang-Solo saat Idul Adha (Part III/end)

Melipir dari kota Solo ke Tawangmangu, Karanganyar

Hi sobat, lanjut ya cerita liburan di Kota Surakarta. Setelah beli serabi Solo, kami, saya dan travelmate, (yang belum tahu cerita sebelumnya sila baca disini) lanjut berpacu dalam gas melipir ke luar kota Solo yaitu Tawangmangu. Perjalanan sekitar 1.5 jam menggunakan motor kami sampai di wisata Air Terjun Goa Grojongan. Saat sampai parkiran, kami langsung didatangi amang parkirnya. Doi ngasih tahu kami kalau tempatnya udah mau tutup, 5 menitan lagi katanya. Owalahhh kami memang sampai kesana pukul 4 kurang. Dan si amang juga menyarankan kepada kami untuk bertanya dulu ke petugas counter tiket, who knows karena banyak pengunjung jam operationalnya diperpanjang. Unfortunately, no 😔 dan si amang parkir ngasih saran buat tempat-tempat untuk dikunjungi sekitar situ, Anda baik sekali mang 😊
Well, kami menuju lokasi yang disarangkan mamang parkir yaitu Taman Lampion dan Perkemahan Sekipan. Jujur, pas masuk kawasan Tawangmangu tuh serasa ada di Lembang. Tiba-tiba de javu saat dalam perjalan tuh, serasa sebelumnya pernah lewat jalan ini. Eh ternyata pas diingat-ingat, emang pernah lewati jalani ini *ngelewatin doang lho 😋 jadi waktu 2012 saya tuh pernah ke Klaten mengunjungi teman waktu di perantauan. Trus sama dia dan suaminya diajak ke rumah orang tuanya yang dibawah kaki gunung Merapi di daerah Sleman, Djogjakarta. Nah, jalannya tuh ngelewatin jalan Tawangmangu ini.
Ok back, pas kami sampai sana sih lampionnya belum nyala, ya iyalah masih terang benderang. Jadi kami lanjut aja ke perkemahan Sekipan yang tak jauh dari situ. O ya pas masuk gang menuju sini itu, banyak sekali rumah-rumah warga yang disewakan, homestay gitu deh. Banyak juga perkebunan strawberry, bisa wisata petik langsung gitu deh kaya di Lembang, Bandung. Then, saat kami sampe gate menuju camp oleh petugasnya kami ditanya ikut rombongan mana?", "kami cuma berdua aja, Mas", mungkin dikiranya kami rombongan yang akan berkemah disitu. Dan kebetulan pas kami datang berbarengan dengan rombongan sekolah yang akan pelantikan organisasi sepertinya juga dengan rombongan keluarga. Selain kami yang cuma dalam kelompok kecil (dibawah 5 orang), banyak juga kok, bahkan ada juga yang couple a.k.a pacaran kesitu *mau dong sama pasangan datangnya biar co cweet, hahaha... O ya HTMnya berapa?! Only Rp. 7.500 / orang. So, karena kami berdua plus parkir motor, kami dipinta Rp. 18.000, eh pas kami lihat di karcisnya parkir motor cuma Rp. 2.000 harusnya Rp. 17.000 dong, diitungnya parkir mobil coba, kezel...bukan karena selisih yang cuma Rp. 1.000, ga jujurnya itu lho...
Tiket masuk dan parkiran Sekipan Camp
Tempatnya memang asyik buat berkemah, banyak pohon pinusnya. Pengelolahannya juga ciamik, banyak lahan-lahan kosong dispot-spot stategis yang memang pas buat mendirikan tenda. Buat sobat yang seperti kami, cuma datang buat berkunjung saja (bukan nge-camp) juga enjoy buat ngobrol-ngobrol manja atau buat photo-photo apalagi sama si ayang, beuuuuu....cuco maruco kakak....
Ada satu spot yang menarik perhatian kami berdua yaitu tumpukan jerami yang dibentuk seperti rumah adat Papua, edunnn eksotik banget dah. Dan ternyata, setelah kami nanya sama petugas yang lewat kesitu. Itu tuh dalemnya tenda dome. Jadi, bagi mereka yang ga bawa tenda buat ngecamp, bisa ngecamp di rumah jerami tersebut. Harga sewanya Rp. 200.000 / night bisa muat sampe 4 orang, selain itu kita juga dapat 2 sleeping bag. Lumayan lah ya.... Romantis gilaaa deh kalau ngecamp disitu sama pasangan yang halal tentunya, mau atuhhhh.....yuk bang yuuuk......abang mana abang, hiksss......#sabarajadahklosingleladymah, aah satu hal lagi, diarea camp ini juga tersedia toilet yang kayanya bersih, ga kebelet pipis sih jadi ga masuk tapi pas lewat toiletnya wangi. Kebanyakan kan kalau toilet umum suka bau pesing, nah dari baunya yang wangi pasti toiletnya juga bersih toh.
Karena malam akan segera menjemput senja dan rembulanpun sudah menampakan dirinya, maka kami langsung bergegas untuk kembali ke Kota Solo. Terima kasih Sekipan, ada jodoh kami datang lagi ya. :-)
Tenda dome yang disulap seperti rumah adat
Bulan mengintip dari celah pohon
Karena kami tidak tidak tahu jalan dan hanya bermodalkan google map saja, maka kami hanya mengikuti yang diarahkan oleh si mbah. Namun ternyata perjalanan pulang kami tidak kembali menyusuri jalan pas kami berangkat. Bodo aah yang penting kami sampai Kota Solo. Sepertinya pas perjalanan pulang kami melewati jalanan kotanya. Pas lewat ada yang ramai-ramai, sepertinya ada pasar malam. Dan memang benar di alun-alun Karanganyar sedang ada pasar malam, berhentilah kami. Berkeliling sebental sambil nyisi bensin tubuh 😜 lalu lanjut perjalanan. Sampai di Kota Solo sebetulnya saya ingin berkunjung ke pasar malam Ngarsopuro kebetulankan malam minggu, ingin tau aja bagaimana uniknya pasar malam tersebut sambil nyari gantungan kunci dengan khas Solonya (saya itu suka ngumpulin gantungan kunci dengan landmark tempat yang saya kunjungi). Tapi sepertinya teman saya itu cape, jadi doi ngajak balik ke hotel saja. Yaa sudahlah, mungkin dia lelah bawa motor seharian *saya nawarin untuk gantian bawa motornya doi ga mau, ya sudahhh....ya sudah juga mungkin berkunjung ke pasar malam Ngarsopuro-nya, one day kalau saya berkunjung lagi ke Solo 😏

Tertinggal Kereta dan Megahnya Terminal Solo

Mata terbuka sebelum alarm berbunyi, namun karena belum berbunyi tubuh rasanya berat untuk bangun dan yang ada malah leyeh-leyeh tiduran dan ga segera pergi ke kamar mandi. hehehe dasar...maklum masih ngantuk cuyy...
Agak terburu-buru kami check-out dari Hotel, jalan menuju stasiun pun pake langkah seribu diselingi lari-lari keci. Pas lari itu terdengar terompet, klakson, aah embuh lah apa namanya yang jelas suara kereta yang mau berangkat itu lho, tak tau namanya apa. "Lah, jangan-jangan kereta kita" saya merepek pada teman. Makin cepat lah kita lari kecilnya, pagi-pagi udah olahraga. Ingin segera sampai, udah mah tempat check-in ujung banget lagi. Pas sampai, kok sepi?! Lalu nanya sama petugasnya tentang kereta kami. Dan.......katanya udah berangkat 5 menit yang lalu. Oh my..... it was second time. 😢 yang pertama itu waktu ke Jakarta. Ditinggal kereta itu rasanya.....sakit....sesakit ditinggal gebetan naik pelaminan. hisk.........disini nih sakitnya *nunjuk mata eh salah dada
Dan tak ada pilihan lain, jalan satu-satunya untuk sampai ke Semarang ya naik bus. Karena Kereta ke Semarang cuma ada satu (sobat bisa lihat jadwal keretanya pada tulisan Part I). Singkat cerita akhirnya kami jalan kaki ke Terminal Solo dari Stasiun, deket banget, terminal ada di belakang stasiun, cuma kami jadi agak mutar jalannya. Sebenarnya  bisa lewat skybrige, itu lho jembatan penyebrangan. Tapi harus masuk stasiun lagi, beli karcis gitu. Ga ngerti gimana, belum nyoba, itupun kata orang yang kami tanya. Keburu males juga harus balik stasiun, sebetulnya bad mood gara-gara ketinggalan kereta. Gimana ga bad mood coba, setelah ngantri lama dan bulak-balik pas kemarennya. Dan kami ketinggalan vroh! Damn! Gara-gara siapa coba?! Gara-gara gueeh, temen-temen guehh *nyerocos ala-ala Cinta 😄 ngedumel aja dalam hati, asli. Kenapa dakuuuh harus lelet, kenapa pas bangun malah ga langsung mandi? kenapa...kenapa...kenapa....ya sudahlah.....
Oke, kita tinggalkan rasa penyesalan diri ini. Sambil berjalan ke Terminal sambil makan serabi solo yang kemaren *untung ga basi 😁 dan ada pemandangan indah yang saya abadikan di ponsel. Apa itu?! Check it out the picture below!
Suasana Sun rise di pinggir jalan menuju terminal Solo
Yap! When sun rise come, it is always amazing!
Lanjut, sampailah kami d stasiun Solo. Kami putuskan masuk dulu ke dalam terminal. Dan pas kita masuk. You know what?! kami berdua terkagum-kagum dengan ke adaan di dalam. Sampai sempat berpikir, ini bener terminal? Mewah banget, bersih. Apik tenan, rek. Bukan kaya terminal ini mah, asli. Oke, terminal Purwokerto tergeser dalam list terminal bersih dan rapi versi on the spot, boong ding versi saya *yaaa mungkin ada terminal lain yang lebih bersih dan rapi plus mewah di Indonesia tapi saya belum kunjungi. Jadi versi saya sih terminal Tirtonadi, the winner. 😉 o ya dibawah ada photonya, tapi yang ambil gambar buka saya, travelmate saya. Ga sempet euy moto saya mah.
Suasana Terminal Tirtonadi, Solo
Suasana Terminal Tirtonadi, Solo
Singkat cerita, kami dapat bus dan tak menunggu lama bus yang kami tumpangi langsung berangkat. Kami naik bus Raya, tarifnya dari Solo ke Semarang Rp. 30.000 kalau menurut saya sih murah, iya lah busnya ber AC dengan seat 2-2 dan jarak Solo-Semarang yang hampir 3 jam ga jauh beda dengan kereta. Karena saya mah always fine naik kendara apa aja namun saya lupa dan baru ingat setelah berada di Bus, kalau travelmate saya itu paling ga bisa naik bus dan mobil dalam jarak yang jauh. Doi mabuk darah eh darat maksudnya 😃, aaah merasa ga enak saya. Andai kita ga tertinggal kereta, pikir saya. Pasti lemes dan ga nyamannya dalam situasi seperti itu. Maaf ya....
Tiket Bus PO Raya Solo - Semarang
Akhirnya sampai jam 9-an sampai juga kami di terminal Terboyo, Semarang. Suasana terminal 180 derajat bedaaaaaa pake banget dengan terminal Tirtonadi Solo. Yahhh, Terboyo seperti terminal pada umumnya yang ada di Indonesia, kebayang kan?! kan?! Bagus lah jadi saya ga mesti menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi 😄😄

Mengagumi Mesjid Jawa Tengah

Karena masih ada waktu sebelum kembali ke Cirebon, kami mampir dulu ke Mesjid Jawa Tengah. Mesjidnya megah banget, ada payung raksasa seperti mesjidil Haram. Namun, saat kami kesana payungnya tidak terbuka sehingga membuat panas kaki kami ketika berjalan dari batas suci menuju mesjid, lumayan jauh juaga lho jaraknya, sampai kami berjinjit. Ada hal lucu dan miris juga pas masuk mesjid. Jadi kan kami mau ke kamar mandi, disana ga ada petunjuk kemana arah kamar mandi atau tempat wudhu. Jadi kami tanya mbak-mbak setengah ibu-ibu *gimana sih ini 😏 😝 karena dia udah bermukena, pasti dia udah berwudhu dong. Eh doi malah bilang "ga tahu", piye toh mbae?! Dan ternyata dia pake mukena tuh cuma buat photo, Astagfirullah...manusia jaman now. Kirain mau sholat Dhuha atau Tahyatul Mesjid. Pikir kami, mungkin ada dibawah maka kami turuk ke lantai dasar, kebetulah ada keluarga yang mau turun ke bawah juga. Kami ikutin mungkin mereka juga mau ke kamar mandi atau tempat wudhu, eh ternyata mereka mah ke parkiran, lol... celingak celinguk ga da masih da ada petunjuk, mau nanya ga ada orang. Kami melipir aja kepinggirnya dan ketemu 😤 berhubung travelmate saua itu masih busleg a.k.a mabuk naik bus, jadi saya biarkan dulu dia tidur mengumpulkan tenaga biar fresh sampai mendekati waktu Dzuhur. Baru setelah Sholat Dzuhur kami cus ke Stasiun takut ketinggalan kereta lagi. Dan berakhirlah trip kami Semarang-Solo plus Karanganyar.
Mesjid Besar Jawa Tengah di Semarang

Jangan lupa baca kisah saya dan travelmate dalam trip Semarang-Solo sebelumnya, Part I, Part II. Mohon masukannya juga kalau bahasa yang saya gunakan cenderung garing, hihihi... Hatur nuhun.....

Selasa, 24 Oktober 2017

Trip Semarang-Solo saat Idul Adha (Part II)

Menghabiskan Waktu di Kota Solo

Waaaah sobat maaf lama banget ya jeda cerita Trip Semarang-Solo saat Idul Adha dari Part I ke Part II nya. Maaf ya, karena akhir-akhir ini sibuk banget, alahh sok sibuk, hehehe...
OK, lanjut certita yang tripnya.

1st Day in Solo
Jadi, hampir jam dua belas siang kami sampai di Kota Solo. Yeeeaa di Stasiun Balapan~~ *sambil nyanyi, ga sempat photo-photo di bagian dalamnya Stasiun Balapan karena udah pengen nyari penginapan trus mandi, swegeeerrr. Tapi hasrat itu mesti dipending dulu karena harus booking tiket untuk balik ke Semarang. Hampir sejam buat nganti tiket, ampunnnn dah lama banget padahal ada 2 loket. Kalau bisa pesan online mah pesen online tapi sayang ga bisa. Setelah urusan tiket selesai langsung cus nunggu si Mas yang mau drop motor yang kami sewa. Kami sewa motor di Gagebro Rent (untuk sewa motor di Gagebro Rent, nanti akan ada postingannya tersendiri). Urusan administrasi sewa motor beres cus nyari hotel yang dekat dengan Stasiun. Kami nginap di Hotel Trihadhi (review hotelnya akan ada postingan tersendiri juga ya).
Mandi sudah, ibadah pun sudah, lanjut jalan. Namun alangkah lebih baiknya kita say hello to cacing-cacing dalam perut karena baru pagi aja mereka dikasih makan. Akhirnya, kami berkeliling cari bakso solo yang terkenal. Berbekal google map kami nyari bakso Pak Ruk, ketemu,warungnya tutup. Lanjut ke Bakso Lestari, tutup juga. Next, bakso Alex and closed. Aah mungkin karena Idul Adha jadi aja pada tutup. Akhirnya kami cuma keliling dan berakhir di taman Sriwedari menikmati sore sambil ngobrol asyiikkk, nanya-nanya dengan amang parkir disitu, memperhatikan orang-orang yang sedang bercengrama dan berphoto, of course kami juga ga ketinggalan jepret sana sini sampai Magrib tiba. Setelah Azan Magrib berkumandang, kami merapat ke Mesjid Agung Keraton Surakarta yang terletak dikawasan Keraton. Mesjidnya unik khas keraton.
Taman Sriwedari
(gambar diambil dari HP teman)
Patung Rama-Shinta di depan Pendopo Taman Sriwedari
Jalanan di depan Taman Sriwedari
Mesjid Agung Keraton Surakarta
Selesai sholat kami langsung cus cari makan karena sudah tak tahan cuawing-cuawing dalam perut sudah meronta-ronta pengen makan. Kami masuk ke kawasan wisata kuliner di Solo. Namanya Galabo atau Gladag Langen Bogan terletak di jalan Mayor Sunaryo atau berada di ujung timur Jalan Slamet Riyadi. Pas masuk kawasan tersebut kami disambut oleh sekelompok musisi yang sudah tidak muda lagi yang menyajikan lagu-lagu lawas, sampai-sampai saya ikut berdendang, karena saya memang suka dengan lagu lawas. Warung makannya berjajar disepanjang trotoar, kursi-kursi tempat para tamu berada ditengahnya. Diujung kawasannya juga ternyata ada sekelompok musisi lagi, cuma ini dengan alat musik yang lebih modern. Ketika jalan dengan teman memang paling rempong kalau milih makanan. Diskusi dulu, hahaha...
Ok, pilihan jatuh pada sate kambing khas Solo yaitu sate buntel yang cuma 2 tusuk itu harganya sampe 40rb-an, hahaha jebol dah dompet bray. Dan teman saya pesan tempe bacem dengan harga 28rb isi 10 pcs. Kami ketama karena sedih. Keperut ga seberapa kenyang tapi menusuk kedalam dompet. Maklum lah kami ini bukan orang yang berdompet tebal. Hahahaha.... Selesai makan bukannya semangat kami malah lemas, asli...sehingga kami langsung balik saja ke hotel, istirahat.
Kawasan Kuliner Galabo, Solo
(berhubung ga sempat photo, photo ini ngambil dari google)

2nd Day in Solo
Mengawali hari kedua di Kota Solo, kami putuskan untuk pergi ke Pasar Klewer. Pasar Klewer ini seperti Pasar Bringharjo-nya Djogja. Namun, kalau menurut saya lebih modern sih, parkirannya luas banget, hahaha. Karena masih pagi, kurang dari jam 9. Tokonya pun masih pada sepi. Jadi akhirnya, kami berjalan keluar saja menuju pasar Klewer yang tradisionalnya sambil nyari sarapan.
Di gang-gang antara toko-toko yang menjual batik, disitu kami temukan gerobak yang jualan nasi kucing. Saya ambil nasi oreg satu bungkus, cukup besar untuk ukuran nasi kucing pada umumnya, rasanya kurang panatas dibilang nasi kucing mungkin nasi harimau lebih pas, hahahaha , lauknya saya ambil telor, 2 goreng tempe dan segelas teh manis anget. Nikmat banget walau makan sesederhana itu sambil duduk di emperan toko yang masih tutup. Setelah selesai makan, saya ambil juga risol. Setelah itu baru minta ibunya untuk menghitung dan si Ibu bilang makanan yang saya makan seharga Rp. 8000 saja. Sebelum membayar saya dan teman saling lirik dan tersenyum terlebih dahulu. Ini murahnya pake banget (maklum semalem tekor makan di Galabo) dan perut kenyang plus dompet tak perlu menangis, hahaha.
Lanjut jalan naik motor ke Keraton Surakarta. Sebenernya tak terlalu jauh menuju Kerato Surakarta dari Pasar Klewer, wong satu kawasan kok. Tapi waktu itu macet banget jadi lumayan memakan waktu sekitar 15 menitan, asilinya 5 menit juga sampe nya pake motor mah. Nyampe parkiran keraton, rupanya lagi ada kegiatan. Tapi entah kegiatan apa itu. Dari parkiran kami jalan lagi menuju museum keraton yang tiket masuknya Rp. 10.000. Kami tak lama disini. Kesan saya selama keliling museum, koleksinya ga terlalu banyak dan kurang terawat. Mungkin karena sedang ada dalam renovasi kali ya. Sebelum memutuskan untuk cabut, kami duduk-duduk dulu dikursi yang ada. Trus kami perhatiin ada pintu menuju Keratonnya tapi bagi mereka yang tidak memakai sepatu harus buka alas kaki Mau masuk sih tapi saya pake sendal *FYI saya lebih senang pake sendal sih kalau kemana-mana ribet aja kalau bersepatu, hihihi...So, jadi kami langsung keluar aja deh.
Tiket MAsuk Museum Keraton Surakarta
Photo bareng dengan patung keluarga kesultanan Surakarta
karena saya bagian dari putri Surakarta a.k.a putri Solo, hahaha
Setelah dari Keraton kami lanjut mengisi perut kembali, hehehe…*perut mulu yang dipikirin ya. Menuntaskan hasrat ngebaso yang kemarin sempat tertunda, kami pergi ke baso Pak Ruk. Dan Alhamdulillah buka warung baksonya. Baksonya kecil-kecil tapi kerasa banget daging sapinya, enak…. ga hitung ada berapa basonya, seperti biasa langsung santap tanpa moto terlebih dahulu, hahaha… yang terasa aneh mungkin cuma sendoknya aja. Disana dikasihnya sendok yang seperti di film-film China gitu lho kaya mau makan es campur aja dan tanpa dikasih garpu. Harganya saya lupa, soalnya yang banyar travelmate saya *sekali-kali dia lah yang bayar, biar saya ga tekor, hahaha… o ya untuk alamat warung bakso Pak Ruk, silakan lihat digambar yang saya ambil. Habis dari Pak Ruk, lanjut kami cari sorabi khas solo yang terkenal iku lho sorabi Notosuman. Serabi solo juga saya tak sempat photo eeh, udah pada tau lah ya, beda dengan sorabinya orang Sunda. Saya beli satu box yang terdiri dari 5 serabi yang original dan 5 serabi rasa coklat (cuma dua varian saja kok) harga Rp. 24.000, kalau beli satuan Rp. 2.500. O ya sorabi Notosuman ini berupa toko yang menjual oleh-oleh khas Solo lainnya. Jadi ketika kita mau beli sorabi, kita harus pesan dulu. Nah, sobat juga bisa lihat dapurnya yang berada dipinggir toko dan bisa juga menyaksikan bagaimana proses pembuatannya.
Bakso Pak Ruk yang berlokasi di Jl. Jamsaren No. 20
Dapur Serabi Notosuman  berlokasi di Jl Mohammad Yamin No 28
Setelah selesai beli sorabi dan istirahat sejenak. Kami langsung tancap cas ke .... hayooo kemana??? Agak keluar dari Kota Solo a.k.a Surakarta sih. Penasaran?! Baca kelanjutannya di Part III

Baca juga trip saya dan travelmate selama di Semarang-Solo Part I (klik disini)

Kamis, 07 September 2017

Trip Semarang-Solo saat Idul Adha (Part I)

Sebelum melangkahkan kaki ke Kota Solo

Long week end kali ini atau bertepatan libur Idul Adha 1438 H, saya habiskan waktu di kota Solo yang katanya Spirit of Java. Entah kenapa Solo mempunyai julukan kota tersebut, asli saya belum menemukan jawabanya. Sebetulnya, sebelum memutuskan untuk berkunjung ke Kota Solo ada sebuah konflik yang melatar belakanginya. Nanti saya akan ceritakan pada paragraf berikutnya.
Well, seperti yang saya ceritakan pada tulisan sebelumnya, eh lupa belum publish, hahaha... masih setia jadi draf aja. Nah, Solo itu menjadi salah satu wish list saya untuk dikunjungi. Setelah liburan sebelumnya gagal untuk berkunjung ke Solo akhirnya sekarang kesampean juga, hehehe.... Then, mengenai konflik yang melatarbelakangi saya pergi ke Solo adalah hmmmm....cerita ga ya, hihihi... cerita aja lah ya, maaf ya cerita sedikit. Jadi awalnya saya lagi chat via WhatsApp dengan seorang kawan membicarakan tentang liburan. Saya awalnya ngajak ke Way Kambas, Lampung. Namun, karena suatu hal malah jadinya kita plan holiday ke Karimunjawa atas usulannya, lalu saya mengiyakan. Segala hal sudah dipersiapkan mulai tiket KA, booking homestay, booking Kapal, done. Tinggal nunggu berangkat. Then, the tragedy came #lebay 😄 seminggu sebelum keberangkatan pihak dari Kapal Kartini (kapal yang kita booking) mengabari kalau keberangkatan tanggal 1-3 September dibatalkan 😢 langsung saja saya hubungi pihak lain yaitu dari Bahari Express namun tiket sudah full booked, aah 😠 jelas saja long weekend maaaa..... singkat cerita saya tetap melakukan trip dan changed destination yaitu Solo city dan teman saya batal. Ga usah diceritakan disini kenapa teman saya batal pergi, biar saya dan dia saja yang tau.
Saya pergi ke Solo via Semarang karena kan udah booking tiket KA yang awalnya mau ke Karimunjawa itu, lalu ke Solonya lanjut menggunakan kereta lokal. Sampai di Semarang pukul 06.15 pagi, dari Cirebon Prujakan pukul 02.30 dini hari, saya dan seorang teman (teman yang beda dengan yang saya ceritakan sebelumnya) langsung beli tiket kereta lokal tersebut karena takut kehabisan namanya kereta Kalijaga dengan harga 10 rebu saja, murah ya  dan memakan waktu sekitar 2 jam 44 menit sampai Solo. Untuk jadwalnya sobat bisa lihat dibawah ya! O ya untuk tiketnya hanya bisa dibeli dan dipesan (bisa dipesan H-7) di stasiun yang bersangkutan, jadi ga bisa beli online atau misalkan sobat mau belinya di Stasiun Gambir, ga bisa harus di stasiun yang memberangkatkan kereta Kalijaga tersebut.
Tiket KA lokal Kalijaga Semarang Poncol - Solo Balapan

Jadwal Kereta Lokal Semarang-Solo

Jadwal Kereta Api Kalijaga
Karena hari itu bertepatan dengan 10 Dzulhijah atau Idul Adha maka kami berdua mencari mesjid terdekat untuk melaksanakan Sholat Eid terlebih dahulu. Dari Gate Keluar Stasiun Poncol, kami berjalan ke arah kiri sekitar 200 meter disana ada Mesjid An-Nur (agak masuk ke gang dikit). Aah begini lah rasanya Sholat Eid dalam keadaan safar, saya bicara kepada diri sendiri. Setelah selesai Sholat Eid, karena masih ada waktu, kami berdua isi perut dahulu di warung depan Stasiun.
Guys, sampai disini dulu ceritanya nanti kita lanjut perjalanan di Kota Solonya pada Part II (klik disini), Part III (klik disini). Maaf ya kalau bahasanya agak membosankan 😉

Surat Resign Kerja dalam Beberapa Bahasa (Bahasa Melayu, Malaysia, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris)

Hey... (hey tayo...) :-D Well, kali ini saya akan share mengenai contoh surat resign atau surat pengunduran diri dari pekerjaan. Karena say...