Melipir dari kota Solo ke Tawangmangu, Karanganyar
Hi sobat, lanjut ya cerita liburan di Kota Surakarta. Setelah beli serabi Solo, kami, saya dan travelmate, (yang belum tahu cerita sebelumnya sila baca
disini) lanjut berpacu dalam gas melipir ke luar kota Solo yaitu Tawangmangu. Perjalanan sekitar 1.5 jam menggunakan motor kami sampai di wisata Air Terjun Goa Grojongan. Saat sampai parkiran, kami langsung didatangi amang parkirnya. Doi ngasih tahu kami kalau tempatnya udah mau tutup, 5 menitan lagi katanya. Owalahhh kami memang sampai kesana pukul 4 kurang. Dan si amang juga menyarankan kepada kami untuk bertanya dulu ke petugas counter tiket, who knows karena banyak pengunjung jam operationalnya diperpanjang. Unfortunately, no 😔 dan si amang parkir ngasih saran buat tempat-tempat untuk dikunjungi sekitar situ, Anda baik sekali mang 😊
Well, kami menuju lokasi yang disarangkan mamang parkir yaitu Taman Lampion dan Perkemahan Sekipan. Jujur, pas masuk kawasan Tawangmangu tuh serasa ada di Lembang. Tiba-tiba
de javu saat dalam perjalan tuh, serasa sebelumnya pernah lewat jalan ini. Eh ternyata pas diingat-ingat, emang pernah lewati jalani ini *ngelewatin doang lho 😋 jadi waktu 2012 saya tuh pernah ke Klaten mengunjungi teman waktu di perantauan. Trus sama dia dan suaminya diajak ke rumah orang tuanya yang dibawah kaki gunung Merapi di daerah Sleman, Djogjakarta. Nah, jalannya tuh ngelewatin jalan Tawangmangu ini.
Ok back, pas kami sampai sana sih lampionnya belum nyala, ya iyalah masih terang benderang. Jadi kami lanjut aja ke perkemahan Sekipan yang tak jauh dari situ. O ya pas masuk gang menuju sini itu, banyak sekali rumah-rumah warga yang disewakan, homestay gitu deh. Banyak juga perkebunan strawberry, bisa wisata petik langsung gitu deh kaya di Lembang, Bandung. Then, saat kami sampe gate menuju camp oleh petugasnya kami ditanya ikut rombongan mana?", "kami cuma berdua aja, Mas", mungkin dikiranya kami rombongan yang akan berkemah disitu. Dan kebetulan pas kami datang berbarengan dengan rombongan sekolah yang akan pelantikan organisasi sepertinya juga dengan rombongan keluarga. Selain kami yang cuma dalam kelompok kecil (dibawah 5 orang), banyak juga kok, bahkan ada juga yang couple a.k.a pacaran kesitu *mau dong sama pasangan datangnya biar co cweet, hahaha... O ya HTMnya berapa?! Only Rp. 7.500 / orang. So, karena kami berdua plus parkir motor, kami dipinta Rp. 18.000, eh pas kami lihat di karcisnya parkir motor cuma Rp. 2.000 harusnya Rp. 17.000 dong, diitungnya parkir mobil coba, kezel...bukan karena selisih yang cuma Rp. 1.000, ga jujurnya itu lho...
|
Tiket masuk dan parkiran Sekipan Camp |
Tempatnya memang asyik buat berkemah, banyak pohon pinusnya. Pengelolahannya juga ciamik, banyak lahan-lahan kosong dispot-spot stategis yang memang pas buat mendirikan tenda. Buat sobat yang seperti kami, cuma datang buat berkunjung saja (bukan nge-camp) juga enjoy buat ngobrol-ngobrol manja atau buat photo-photo apalagi sama si ayang, beuuuuu....cuco maruco kakak....
Ada satu spot yang menarik perhatian kami berdua yaitu tumpukan jerami yang dibentuk seperti rumah adat Papua, edunnn eksotik banget dah. Dan ternyata, setelah kami nanya sama petugas yang lewat kesitu. Itu tuh dalemnya tenda dome. Jadi, bagi mereka yang ga bawa tenda buat ngecamp, bisa ngecamp di rumah jerami tersebut. Harga sewanya Rp. 200.000 / night bisa muat sampe 4 orang, selain itu kita juga dapat 2 sleeping bag. Lumayan lah ya.... Romantis gilaaa deh kalau ngecamp disitu sama pasangan yang halal tentunya, mau atuhhhh.....yuk bang yuuuk......abang mana abang, hiksss......#sabarajadahklosingleladymah, aah satu hal lagi, diarea camp ini juga tersedia toilet yang
kayanya bersih, ga kebelet pipis sih jadi ga masuk tapi pas lewat toiletnya wangi. Kebanyakan kan kalau toilet umum suka bau pesing, nah dari baunya yang wangi pasti toiletnya juga bersih toh.
Karena malam akan segera menjemput senja dan rembulanpun sudah menampakan dirinya, maka kami langsung bergegas untuk kembali ke Kota Solo. Terima kasih Sekipan, ada jodoh kami datang lagi ya. :-)
|
Tenda dome yang disulap seperti rumah adat |
|
Bulan mengintip dari celah pohon |
Karena kami tidak tidak tahu jalan dan hanya bermodalkan google map saja, maka kami hanya mengikuti yang diarahkan oleh si mbah. Namun ternyata perjalanan pulang kami tidak kembali menyusuri jalan pas kami berangkat. Bodo aah yang penting kami sampai Kota Solo. Sepertinya pas perjalanan pulang kami melewati jalanan kotanya. Pas lewat ada yang ramai-ramai, sepertinya ada pasar malam. Dan memang benar di alun-alun Karanganyar sedang ada pasar malam, berhentilah kami. Berkeliling sebental sambil nyisi bensin tubuh 😜 lalu lanjut perjalanan. Sampai di Kota Solo sebetulnya saya ingin berkunjung ke pasar malam Ngarsopuro kebetulankan malam minggu, ingin tau aja bagaimana uniknya pasar malam tersebut sambil nyari gantungan kunci dengan khas Solonya (saya itu suka ngumpulin gantungan kunci dengan landmark tempat yang saya kunjungi). Tapi sepertinya teman saya itu cape, jadi doi ngajak balik ke hotel saja. Yaa sudahlah, mungkin dia lelah bawa motor seharian *saya nawarin untuk gantian bawa motornya doi ga mau, ya sudahhh....ya sudah juga mungkin berkunjung ke pasar malam Ngarsopuro-nya, one day kalau saya berkunjung lagi ke Solo 😏
Tertinggal Kereta dan Megahnya Terminal Solo
Mata terbuka sebelum alarm berbunyi, namun karena belum berbunyi tubuh rasanya berat untuk bangun dan yang ada malah leyeh-leyeh tiduran dan ga segera pergi ke kamar mandi. hehehe dasar...maklum masih ngantuk cuyy...
Agak terburu-buru kami check-out dari Hotel, jalan menuju stasiun pun pake langkah seribu diselingi lari-lari keci. Pas lari itu terdengar terompet, klakson, aah embuh lah apa namanya yang jelas suara kereta yang mau berangkat itu lho, tak tau namanya apa. "Lah, jangan-jangan kereta kita" saya merepek pada teman. Makin cepat lah kita lari kecilnya, pagi-pagi udah olahraga. Ingin segera sampai, udah mah tempat check-in ujung banget lagi. Pas sampai, kok sepi?! Lalu nanya sama petugasnya tentang kereta kami. Dan.......katanya udah berangkat 5 menit yang lalu. Oh my..... it was second time. 😢 yang pertama itu waktu ke Jakarta. Ditinggal kereta itu rasanya.....sakit....sesakit ditinggal gebetan naik pelaminan. hisk.........disini nih sakitnya *nunjuk mata eh salah dada
Dan tak ada pilihan lain, jalan satu-satunya untuk sampai ke Semarang ya naik bus. Karena Kereta ke Semarang cuma ada satu (sobat bisa lihat jadwal keretanya pada tulisan Part I). Singkat cerita akhirnya kami jalan kaki ke Terminal Solo dari Stasiun, deket banget, terminal ada di belakang stasiun, cuma kami jadi agak mutar jalannya. Sebenarnya bisa lewat skybrige, itu lho jembatan penyebrangan. Tapi harus masuk stasiun lagi, beli karcis gitu. Ga ngerti gimana, belum nyoba, itupun kata orang yang kami tanya. Keburu males juga harus balik stasiun, sebetulnya bad mood gara-gara ketinggalan kereta. Gimana ga bad mood coba, setelah ngantri lama dan bulak-balik pas kemarennya. Dan kami ketinggalan vroh! Damn! Gara-gara siapa coba?! Gara-gara gueeh, temen-temen guehh *nyerocos ala-ala Cinta 😄 ngedumel aja dalam hati, asli. Kenapa dakuuuh harus lelet, kenapa pas bangun malah ga langsung mandi? kenapa...kenapa...kenapa....ya sudahlah.....
Oke, kita tinggalkan rasa penyesalan diri ini. Sambil berjalan ke Terminal sambil makan serabi solo yang kemaren *untung ga basi 😁 dan ada pemandangan indah yang saya abadikan di ponsel. Apa itu?! Check it out the picture below!
|
Suasana Sun rise di pinggir jalan menuju terminal Solo |
Yap! When sun rise come, it is always amazing!
Lanjut, sampailah kami d stasiun Solo. Kami putuskan masuk dulu ke dalam terminal. Dan pas kita masuk. You know what?! kami berdua terkagum-kagum dengan ke adaan di dalam. Sampai sempat berpikir, ini bener terminal? Mewah banget, bersih. Apik tenan, rek. Bukan kaya terminal ini mah, asli. Oke, terminal Purwokerto tergeser dalam list terminal bersih dan rapi versi on the spot, boong ding versi saya *yaaa mungkin ada terminal lain yang lebih bersih dan rapi plus mewah di Indonesia tapi saya belum kunjungi. Jadi versi saya sih terminal Tirtonadi, the winner. 😉 o ya dibawah ada photonya, tapi yang ambil gambar buka saya, travelmate saya. Ga sempet euy moto saya mah.
|
Suasana Terminal Tirtonadi, Solo |
|
|
Suasana Terminal Tirtonadi, Solo |
Singkat cerita, kami dapat bus dan tak menunggu lama bus yang kami tumpangi langsung berangkat. Kami naik bus Raya, tarifnya dari Solo ke Semarang Rp. 30.000 kalau menurut saya sih murah, iya lah busnya ber AC dengan seat 2-2 dan jarak Solo-Semarang yang hampir 3 jam ga jauh beda dengan kereta. Karena saya mah always fine naik kendara apa aja namun saya lupa dan baru ingat setelah berada di Bus, kalau travelmate saya itu paling ga bisa naik bus dan mobil dalam jarak yang jauh. Doi mabuk darah eh darat maksudnya 😃, aaah merasa ga enak saya. Andai kita ga tertinggal kereta, pikir saya. Pasti lemes dan ga nyamannya dalam situasi seperti itu. Maaf ya....
|
Tiket Bus PO Raya Solo - Semarang |
Akhirnya sampai jam 9-an sampai juga kami di terminal Terboyo, Semarang. Suasana terminal 180 derajat bedaaaaaa pake banget dengan terminal Tirtonadi Solo. Yahhh, Terboyo seperti terminal pada umumnya yang ada di Indonesia, kebayang kan?! kan?! Bagus lah jadi saya ga mesti menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi 😄😄
Mengagumi Mesjid Jawa Tengah
Karena masih ada waktu sebelum kembali ke Cirebon, kami mampir dulu ke Mesjid Jawa Tengah. Mesjidnya megah banget, ada payung raksasa seperti mesjidil Haram. Namun, saat kami kesana payungnya tidak terbuka sehingga membuat panas kaki kami ketika berjalan dari batas suci menuju mesjid, lumayan jauh juaga lho jaraknya, sampai kami berjinjit. Ada hal lucu dan miris juga pas masuk mesjid. Jadi kan kami mau ke kamar mandi, disana ga ada petunjuk kemana arah kamar mandi atau tempat wudhu. Jadi kami tanya mbak-mbak setengah ibu-ibu *gimana sih ini 😏 😝 karena dia udah bermukena, pasti dia udah berwudhu dong. Eh doi malah bilang "ga tahu", piye toh mbae?! Dan ternyata dia pake mukena tuh cuma buat photo, Astagfirullah...manusia jaman now. Kirain mau sholat Dhuha atau Tahyatul Mesjid. Pikir kami, mungkin ada dibawah maka kami turuk ke lantai dasar, kebetulah ada keluarga yang mau turun ke bawah juga. Kami ikutin mungkin mereka juga mau ke kamar mandi atau tempat wudhu, eh ternyata mereka mah ke parkiran, lol... celingak celinguk ga da masih da ada petunjuk, mau nanya ga ada orang. Kami melipir aja kepinggirnya dan ketemu 😤 berhubung travelmate saua itu masih busleg a.k.a mabuk naik bus, jadi saya biarkan dulu dia tidur mengumpulkan tenaga biar fresh sampai mendekati waktu Dzuhur. Baru setelah Sholat Dzuhur kami cus ke Stasiun takut ketinggalan kereta lagi. Dan berakhirlah trip kami Semarang-Solo plus Karanganyar.
|
Mesjid Besar Jawa Tengah di Semarang |
Jangan lupa baca kisah saya dan travelmate dalam trip Semarang-Solo sebelumnya,
Part I,
Part II. Mohon masukannya juga kalau bahasa yang saya gunakan cenderung garing, hihihi... Hatur nuhun.....